RSS

Sistem Hormon pada Manusia


        Hormon merupakan suatu zat kimia yang diproduksi oleh tubuh, dalam konsentrasi kecil yang dapat menimbulkan efek fisiologis pada organ target.
Hormon dihasilkan oleh kelenjar endokrin tubuh dan ditransportasikan dalam aliran darah Selain kelenjar endokrin, terdapat juga kelenjar eksokrin yang menyekresikan zat kimia.
Perbedaannya terletak pada tempat kerja cairan kimia yang dihasilkannya. Kelenjar eksokrin disekresikan ke luar tubuh, seperti keringat dan enzim di mulut.
Adapun hormon yang dihasilkan oleh kelenjar endokrin diedarkan di dalam tubuh oleh sistem peredaran darah. Hormon bekerja secara efektif jika dalam jumlah yang sesuai, jika jumlah hormon yang disekresikan berlebih atau kurang, akan timbul kelainan-kelainan pada tubuh. Hormon dan sistem saraf bersama-sama mengatur regulasi tubuh, yaitu sebagai berikut :

1.    Mengatur kesetimbangan cairan tubuh dalam proses homeostatis (nutrisi, metabolisme, kesetimbangan garam dan air, kesetimbangan gula hingga ekskresi)
2.    Bereaksi terhadap rangsang dari luar tubuh
3.    Berperan dalam pertumbuhan dan perkembangan
4.    Pengaturan dan penyimpanan energi

Meskipun sama-sama berperan dalam sistem regulasi, tetapi terdapat perbedaan sistem kerja pada hormon dan saraf. Perbedaan tersebut terletak pada jeda waktu yang diperlukan oleh kedua sistem dalam menanggapi rangsang atau stimulus. Seperti halnya saraf, hormon bekerja dengan sangat spesifik. Sel target atau organ target yang akan dituju harus dilengkapi dengan sebuah reseptor yang dikenal oleh hormon, jika tidak dikenali, hormon tidak akan bereaksi.

1.    Hipotalamus dan Hipofisis

Hipotalamus mengontrol kerja dari kelenjar pituitari (kelenjar hipofisis).
Kelenjar hipofisis disebut juga master of gland karena banyak menyekresikan hormon dan memengaruhi kerja hormon yang dihasilkan oleh kelenjar lain di dalam tubuh. Hormon-hormon tersebut adalah :

-       GnRF (Gonadrotopin Releasing Factor)
-       CRF (Corticotropin Releasing Factor)
-       TRF (Tirotropin Releasing Factor)

Hipotalamus terletak di bagian dalam-bawah otak. Kelenjar hipotalamus memerintahkan kelenjar hipofisis bagian depan dan belakang untuk menghasilkan atau menghambat produksi hormon kelenjar endokrin lain sesuai dengan kebutuhan.
Hipotalamus sangat penting karena menjadi penghubung dan pengatur komunikasi antara sistem hormon dan sistem saraf. Selain itu, berperan juga dalam mengatur pertumbuhan dan perkembangan manusia.
Hipotalamus dapat berkomunikasi dengan kelenjar hipofisis dengan dua cara, yaitu dengan impuls saraf atau dengan mengeluarkan hormon. Hipotalamus juga dapat mengeluarkan hormon yang disebut releasing hormone dan inhibiting hormone.
Releasing hormone merangsang kelenjar hipofisis menyekresikan hormon tertentu. Inhibiting hormone menekan kelenjar hipofisis sehingga tidak menyekresikan hormon tertentu. Dari 9 jenis hormon yang disekresikan kelenjar hipofisis, 7 hormon disekresikan bagian depan (anterior) hipofisis dan 2 lainnya oleh bagian belakang (posterior) hipofisis. Kelenjar hipofisis posterior tersusun atas jaringan saraf dan sebenarnya merupakan bagian dari hipotalamus. Kelenjar hipofisis anterior tersusun atas sel-sel endokrin yang menyintesis dan menyekresikan beberapa hormon ke dalam darah.

a.    Hipofisis bagian depan ( Hipofisis Lobus Anterior )

Hormon yang dihasilkan oleh kelenjar ini dapat mempengaruhi pengeluaran hormon-hormon lain, sehingga hipofisis sering disebut the master of gland. Bagian hipofisis anterior (depan) menghasilkan hormon-hormon sebagai berikut :

·         Somatrotopin (STH = growth hormone)
Hormon ini berfungsi merangsang sintesis protein, menambah metabolisme lemak dan merangsang pertumbuhan tulang dan otot. kekurangan hormon ini dapat mengakibatkan kekerdilan (dwarfisme). Kelebihan hormon ini pada masa kanak-kanak mengakibatkan pertumbuhan raksasa (gigantisme). Jika kelebihan hormon ini terjadi setelah dewasa mengakibatkan pertumbuhan yang tidak seimbang pada persendian dan ujung tulang seperti tulang jari tangan, jari kaki, rahang atau hidung, disebut akromegali.
·         Tirotropin (TSH = thyroid stimulating hormone)
Berfungsi mengontrol pertumbuhan dan perkembangan kelenjar gondok (tiroid) serta merangsang tiroid untuk menyekresikan tiroksin.
·         Adrenokortikotropik (ACTH = adrenocorticotrophic hormone)
Berfungsi merangsang korteks adrenal untuk menyekresikan glukokortikoid dan mineralkortikoid.
·         Prolaktin (PRL = lactogenic hormone)
 berfungsi memelihara korpus leteum dalam memproduksi progesteron dan merangsang sekresi kelejar mamae/susu.
·         Gonadrotopin, yang terdiri atas :
·         FSH (follicle stimulating hormone)
Pada wanita, mengatur perkembangan ovarium dan berpengaruh terhadap pematangan folikel. Pada laki-laki berfungsi mengatur pembentukan sperma. (spermatogenesis)
·         LH (luteinizing hormone)
Pada wanita merangsang pelepasan sel telur dari ovarium (ovulasi) dan membantu meluluhkan dinding ovarium. Pada laki-laki, hormon ini disebut ICSH (interstitial cell stimulating hormone) yang berfungsi merangsang sel-sel interstitial testis untuk memproduksi tostesteron dan endosteron (androgen).

b.    Hipofisis Bagian Tengah (hipofisis lobus intermediet)

Hormon yang disekresikan adalah melanotropin (MSH = melanocyt stimulating hormone). Fungsi hormon ini belum diketahui, pada hewan berfungsi dalam sintesis melanin dan penyebaran melanofor untuk keperluan kamuflase.

c.    Hipofisis Bagian Belakang (hipofisis lobus posterior)

Hormon yang disekresikan :
·         ADH (antidiuretic hormone), mengontrol keseimbangan cairan tubuh melalui mekanisme pengeluaran urine.
·         Oxytocin, merupakan hormon yang berperan dalam kontraksi otot rahim pada saat seorang wanita melahirkan.

2.    Tiroid dan Paratiroid

Kelenjar tiroid dan paratiroid berada di daerah leher. Sering disebut kelenjar gondok (tiroid) dan kelenjar anak gondok (paratiroid). Kelenjar tersebut berfungsi mengatur kesetimbangan kadar kalsium serta laju metabolisme tubuh.
a.    Tiroid
Kelenjar tiroid berada di daerah leher bagian bawah jakun. Terdapat dua lobus menyamping dan dihubungkan oleh bagian yang disebut isthmus. Kelenjar tiroid menghasilkan hormon tiroksindan kalsitonin.
·         Tiroksin.
Hormon ini mengontrol kecepatan metabolisme tubuh untuk menghasilkan energi. Meningkatnya jumlah hormon tiroksin di dalam darah meningkatkan kecepatan reaksi kimia dalam tubuh. Fungsi penting hormon tiroksin lainnya adalah berperan dalam proses pertumbuhan dan perkembangan tubuh serta menjadi faktor penting dalam proses perkembangan otak pada anak. Hormon tiroksin akan aktif jika mendapat perintah dari TSH yang berada di hipofisis. Kerja hormon tiroksin banyak dipengaruhi oleh kadar iodin di dalam darah.
·         Kalsitonin.
Kalsitonin berfungsi mengatur keseimbangan kadar kalsium di dalam darah sehingga mencegah kalsium keluar dari tulang.

b.    Paratiroid
Kelenjar paratiroid berada di bagian belakang kelenjar tiroid. Terdapat empat buah kelenjar paratiroid, 2 di sebelah kanan dan 2 di sebelah kiri.
Kelenjar paratiroid menghasilkan hormon paratiroid atau parathormon (PTH). Parathormon merupakan hormon yang bersama dengan kalsitonin mengatur kadar
kalsium tubuh.

3.    Pankreas

Pankreas merupakan kelenjar yang berfungsi sebagai kelenjar eksokrin maupun endokrin. Sebagai kelenjar eksokrin, pankreas menghasilkan enzim yang berperan dalam proses pencernaan makanan. Sementara itu, sebagai kelenjar endokrin, pankreas menghasilkan hormon. Hormon tersebut diproduksi di bagian pulau Langerhans. Di dalam pulau-pulau Langerhans terdapat sel beta yang menyekresikan insulin dan sel alfa yang menyekresikan glukagon.
a.    Insulin
Insulin mengatur kadar gula dalam darah dengan cara menyimpan kelebihan glukosa tubuh menjadi glikogen di dalam hati. Insulin berfungsi juga mengatur metabolisme lemak.
b.    Glukagon
Bersama dengan insulin, glukagon mengatur kadar gula dalam darah dengan cara merombak glikogen menjadi glukosa. Jika kita berpuasa atau beraktivitas berat tanpa didahului oleh asupan nutrisi, glukagon akan memecah glikogen menjadi glukosa sebagai sumber energi. Selain itu, glukagon juga dapat memecah lemak menjadi asam lemak yang siap digunakan dalam pembentukan energi.

4.    Anak ginjal

Manusia memiliki dua kelenjar adrenal. Kelenjar tersebut berada di atas ginjal. Setiap kelenjar adrenal tersusun atas dua bagian. Bagian dalam disebut bagian medula dan bagian luar disebut bagian korteks. Kerja medula adrenal dipengaruhi oleh sistem saraf otonom, sedangkan korteks adrenal dipengaruhi oleh hormon ACTH dari hipofisis anterior.

a.    Korteks. 
Pada kortek adrenal dihasilkan tiga macam hormon, yaitu glucocorticoid,mineralocorticoid, dan Gonadocorticoid.
·         Glucocorticoid, berfungsi sama dengan glukagon sehingga berpengaruh dalam pengaturan kadar glukosa tubuh. Kerjanya dipengaruhi oleh sekresi ACTH di hipofisis anterior. Hormon glucocorticoid bekerja pada saat tubuh dalam kondisi stres.
·         Mineralocorticoid. Hormon ini mengatur kadar garam dalam darah dengan cara pengaturan ekskresi urine dan keringat.
·         Gonadocarticoid. Hormon ini merupkan hormon sex, terdiri atas androge, entrogen, dan progesteron. Jumlah hormon yang dihasilkan jauh lebih sedikit dibandingkan dengan hormon sex yang dihasilkan oleh testis dan ovarium. Androgen dan estrogen berperan dalam pembentukan ciri kelamin sekunder pria dan wanita.

b.    Medula
Pada bagian medula, dihasilkan hormon epinefrin (adrenalin) dan norephinefrin(noreadrenalin). Ketika kondisi tubuh stres, kedua hormon tersebut akan menyiapkan kita dalam keadaan darurat sehingga meningkatkan laju metabolisme tubuh, menaikkan detak jantung, dan kadar glukosa tubuh. Anda juga dapat merasakan kerja hormon ini pada saat Anda melakukan kegiatan-kegiatan menegangkan, seperti berdiri di ketinggian atau berada dalam kondisi ketakutan.

5.    Testis dan ovarium

Testis dan ovarium merupakan sumber utama hormon seks. Pada pria, testis menghasilkan hormon testosteron. Hormon tersebut berpengaruh dalam kematangan seksual pada pria termasuk ciri sekunder dan pematangan sel sperma.
Ovarium akan menghasilkan dua hormon yang penting, yaitu estrogen dan progesteron. Hormon tersebut bekerja sama mengatur ciri seks sekunder dan mengatur masa reproduksi (menstruasi) dan masa kehamilan.

6.    Kelenjar timus

Kelenjar timus terletak di bawah kelenjar tiroid dan paratiroid. Kelenjar tersebut ikut berperan dalam pengaturan pertumbuhan dengan menyekresikan hormon somatotropin.
Selain itu, timus juga menghasilkan timosin yang mengatur produksi sel khusus dalam darah putih, yaitu sel T.
Sel T sangat berpengaruh dalam mekanisme sistem pertahanan tubuh.

7.    Saluran pencernaan makanan

Beberapa golongan hormon peptida dihasilkan dari kelenjar di usus halus yang akan membantu proses pencernaan seperti hormon sekretin dan hormon kolesistokinin.
Sekretin merangsang pengeluaran getah pankreas, sedangkan kolesistokininmerangsang pengeluaran empedu. Selain di usus halus, lambung juga dapat menghasilkan hormon yang membantu pencernaan makanan, yaitu hormon gastrin. Hormon ini merangsang pengeluaran getah lambung.

8.    Kelenjar pineal (Kelenjar Serebri Epifisis)

Kelenjar pineal berukuran sebesar kacang tanah yang terletak di tengah otak. Kelenjar ini menyekresikan hormon melatonin yang membantu mengatur ritme tubuh sehari-hari, seperti jadwal tidur di malam hari dan bangun di pagi hari.




B. Kelainan Pada Sistem Hormon

1.    Penyakit Addison 

Penyakit ini terjadi karena sekresi yang berkurang dari glukokortikoid. Hal ini dapat terjadi misalnya karena kelenjar adrenal terkena infeksi atau oleh sebab autoimun. 

Gejala – gejalanya berupa : 
·         Berkurangnya volume dan tekanan darah karena turunnya kadar Na+ dan volume air dari cairan tubuh. 
·         Hipoglikemia dan turunnya daya tahan tubuh terhadap stress, sehingga penderita mudah menjadi shock dan terjadi kematian hanya karena stress kecil saja misalnya flu atau kelaparan. 
·         Lesu mental dan fisik. 


2.    Sindrom Cushing 

Penggunaan obat-obatan tertentu untuk mengobati suatu penyakit, ternyata dapat menyebabkan timbulnya penyakit baru. Sindrom cushing disebabkan oleh jumlah hormon glukokortikoid yang berlebih pada tubuh. Pada anak-anak, biasanya terjadi jika mereka mengonsumsi obat-obatan kortikosteroid sintetis (seperti prednisone) dalam dosis yang besar untuk menyembuhkan penyakit autoimun, seperti lupus. Terapi penyembuhan yang dapat dilakukan adalah dengan operasi, terapi radiasi, kemoterapi, atau obat-obatan yang menghalangi produksi hormon.

Gejalanya berupa : 
·         Otot – otot mengecil dan menjadi lemah karena katabolisme protein. 
·         Osteoporosis 
·         Luka yang sulit sembuh 
·         Gangguan mental misalnya euphoria (terasa segan) 
·         Obesitas
·         Kegagalan tumbuh
·         Jerawat
·         Tekanan darah tinggi


3.    Sindrom Adrenogenital 

Sidrom Adrenogenital adalah kelainan dimana terjadi kekurangan produksi glukokortikoid yang biasanya akibat kekurangan enzim pembentuk glukokotikoid pada kelenjar adrenal sehingga tubuhnya lemah, mudah lelah, sakit pada daerah perut, mual-mual, dan dehidrasi. Akibatnya kadar ACTH meningkat dan zona retikularis dirangsang untuk mensekresi androgen yang menyebabkan timbulnya tanda – tanda kelainan sekunder pria pada seorang wanita yang disebut virilisme yang timbulnya janggut dan distribusi rambut seperti pria, otot – otot tubuh seperti pria, perubahan suara, payudara mengecil, klitoris membesar seperti penis dan kadang – kadang kebotakan. 

Pada pria di bawah umur timbul pubertas perkoks, yaitu timbulnya tanda – tanda kelamin sekunder di bawah umur. Pada pria dewasa gejala – gejala diatas tertutup oleh tanda – tanda kelamin sekunder normal yang disebabkan oleh testosterone. Tetapi bila timbul sekresi berlebihan dari estrogen dan progesterone timbul tanda – tanda kelamin sekunder wanita antara lain yaitu ginaekomastia (payudara membesar seperti pada wanita). 


4.    Peokromositoma 

Tumor adrenal medulla yang menyebabkan hipersekresi adrenalin dan noradrenalin dengan akibat sebagai berikut : 

·         Basa metabolisme meningkat
·         Glukosa darah meningkat 
·         Jantung berdebar 
·         Tekanan darah meninggi 
·         Berkurangnya fungsi saluran pencernaan 
·         Keringat pada telapak tangan 

Kesemuanya menyebabkan berat badan menurun dan tubuh lemah. Pengobatanya melalu operasi. Pembengkakan dari kelenjar tiroid yang menimbulkan pembenjolan pada leher bagian depan. Penyebab struma antara lain peradangan, tumor ataupun defisiensi yodium. Pada defisiensi yodium, struma terjadi karena kadar T4 dan T3 menurun, kadar TASH meningkat, hal ini menrangsang sel – sela folikel untuk hipertropi dan hyperplasia.


5.    Diabetes Mellitus

Diabetes Mellitus (DM) adalah penyakit yang disebabkan oleh kalainan hormon yang mengakibatkan sel – sel dalam tubuh tidak dapat menyerap glukosa dari darah. Penyakit ini timbul ketikda dala darah tidak terdapat cukup insulin dalam darah. Pada kedua hal tersebut, sel – sel tubuh tidak mendapat cukup glukosa daridarah sehingga kekurangan energi dan akhirnya terjadi pembakaran cadangan lemak dan protein tubuh.
Sementara itu, system pencernaan tetap dapat meyerap glukosa dari makanan sehingga kadar glukosa dalam darah menjadi sangat tinggi dan akhirnya diekskresi bersama urin. Penderita DM dapat meninggal karena penyakit yang dideritanya atau karena komplikasi yang ditimbulkan oleh penyakit ini, misalnya penyakit ginjal, gangguan jantung dan gangguan saraf. DM terdapat dua macam tipe yaitu DM Tipe I (insuline dependent) yaitu diabetes yang timbul akibat dari kerusakan sel – sel beta pancreas karena infeksi virus atau kerusakan gen. Gen adalah materi genetic yang membawa sifat – sifat yang diturunkan. Diabetes tipe I biasanya timbul sebelum penderita berusia 15 tahun. Penderita membutuhkan suplemen insulin yang diberikan dengan cara penyuntikan.
DM tipe II timbul karena sel – sel tubuh tidak mampu bereaksi terhadap indulin walaupun sel – sel beta pancreas memproduksi cukup insulin. Penyakit ini bersifat mneurun dan merupakan akibat kerusakan gen yang mengkode reseptor insulin pada sel. Biasanya DM tipe II berasosiasi dengan kegemukan dan baru timbul setelah penderita berusia 40 tauhn. Penyakit ini dapat dikontrol dengan pengaturan konsumsi gula dan mengurangi berat badan. Selain itu dianjurkan untuk mengurangi konsumsi lemak dan garam.
Bagaimana cara mendeteksi diabetes, gejala awal diabetes ialah penderita merasa lemas, tidak bertenaga, ingin makan yang manis, sering buang air kecil, dan mudah sekali merasa haus. Kombinasi dari gejala – gejala di atas serta memiliki kerabat yang juga menderita diabetes mengharuskan seseorang melakukan tes toleransi glukosa. Pada tes toleransi glukosa diharuskan minum larutan gula kemudian kadar glukosanya diukur pada tiap interval waktu. Diabetes bukan satu – satunya penyakit yang ditimbulkan oleh insulin. Bebrapa orang memiliki sel – sel beta pancreas yang terlalu aktif sehingga mensekresi terlalu banyak insulin ketika mengkonsumsi gula.
Sebagai akibatnya kadar glukosa dalam darah turun dibawah normal. Kondisi ini disebut hipoglisemia, biasanya terjadi 2 – 4 jam setelah makan, yang ditandai dengan rasa lapar, lemas, berkeringat, dan gelisah. Pada beberapa kasus, otak tidak mendapat cukup glukosa sehingga penderita dapat menjadi pingsan, koma, bahkan meninggal. Hipoglisemia tidak lazim ditemukan dan kebanyakan dapat dikontrol dengan meningkatkan frekuensi makan yan glebih serind dan dalam jumlah kecil.


6.    Hipotiroidea

Keadaan dimana terjadi kekurangan hormone tiroid. Bila terjadi pada masa bayi dan anak, hipotiroidea menimbulkan kretinisme yaitu tubuh menjadi pendek karena pertumbuhan tulang dan otot tersumbat, disertai kemunduran mental karena sel – sel otak kurang berkembang.

Anak yang keratin memiliki ciri – ciri :
·         Muka bulat
·         Perut buncit
·         Leher pendek
·         Lidah yang besar.

Kretinisme dapat diobati dengna pemberian hormone tiroid asalkan tidak terlambat. Bila terjadi pada orang dewasa, hipotiroidea menimbulkan miksedema. Gejala – gejala berupa kulit tebal, muka bengkak, rambut kasar, mudah gemuk, lemah, denyut jantung lambat, suhu tubuh rendah, lamban secara fisik atau mental. Hipotiroid dapat terjadi bila terdapat defisiensi yodium pada makanan. Hal ini dapat dihindarkan dengan mengkonsumsi garam beryodium.


7.    Hipertiroidea

Keadaan dimana hormon tiroid disekresikan melebihi kadar normal. Gejala – gejalanya berupa berat badan menurun, gemetaran, berkeringat, nafsu makan besar, jantung berdebar dan BMR maneingkatmelebihi 20 sampai 100.
Hipertiroidea paling sering terdapat pada penyakit Graves, suatu penyakit auto imun dimana terbentuk antibody (thyroid stimulating antibody, TSA6) terhadap reseptor TSH pada sel –sel tiroid, mengaktifkan reseptor – reseptor. Ini, maka kadar T4 dan T3 darah meninkat. Penyakit Graves juga disertai dengan goiter (struma, pembengkakan kelenjar tiroid, dan penonjolan bola mata (eksoptalmus) yang disebabkan oleh reaksi radang terhadap imun kompleks pada otot bola mata eksternal dan jaringan sekitar bola mata.


8.    Struma

Struma merupakan pembengkakan kelenjar tiroid sehingga menimbulkan benjolan pada leher bagian depan. Penyebabnya antara lain karena adanya
peradangan tumor atau kekurangan yodium.



9.    Masalah Hormon Tumbuh. 

Kelenjar pituitari yang gagal memproduksi sejumlah hormon tumbuh yang diperlukan, membuat pertumbuhan seorang anak terganggu. Hormon tumbuh yang diproduksi secara berlebihan pada masa pertumbuhan akan membuat tulang dan bagian tubuh lain tumbuh secara berlebihan dan menyebabkan gigantisme. Hipoglikemi (kadar gula rendah) juga dapat timbul pada anak yang kekurangan hormon tumbuh, biasanya pada bayi dan anak kecil.

10. Pubertas Dini. 

Perubahan tubuh yang berhubungan dengan pubertas dapat timbul secara dini pada anak-anak jika hormon pituitari yang menstimulasi gonad meningkat secara dini. Pengobatan melalui suntikan dapat dilakukan untuk menekan sekresi hormon-hormon pituitari (gonadotropin) dan menahan kemajuan perkembangan seksual pada anak-anak sebelum waktunya.


C. Teknologi Untuk Mengatasi Kelainan Pada Sistem Hormon

Teknologi untuk mengatasi Kelainan pada Sistem Hormon antara lain :

·         Scanning Pada Thyroid
·         Tes Yodium pada Kelenjar Thyroid
·         Scanning Ultrasonografi pada Thyroid

D. Gaya Hidup Sehat
Gaya hidup sehat untuk menghindari penyakit pada sistem regulasi dapat dengan:
1.    Pola Makan Sehat
Dengan pola makan yang benar, yakni mengonsumsi makanan bergizi seimbang, tubuh akan mendapatkan nutrisi yang cukup. Itu artinya setiap kali makan kita harus menyantap makanan yang mengandung karbohidrat kompleks (karbohidrat yang mengandung serat dan zat gizi lainnya), vitamin serta mineral, protein, juga lemak. Tentu saja semua dalam jumlah yang cukup, sesuai kebutuhan tubuh. Dengan pola makan sehat seperti ini maka sistem regulasi dapat berfungsi dengan baik.

2.    Istirahat yang Cukup
Salah satu cara menjaga sistem regulasi adalah dengan tidur yang cukup. Setelah melakukan aktifitas fisik dan otak seharian, manusia membutuhkan istirahat yang optimum yang juga menjadi alternatif untuk menciptakan pola hidup sehat karena pada saat manusia melakukan ini, otot dan otak yang selama ini bekerja dapat relaksasi dan beristirahat.

3.    Olahraga
Olahraga setiap hari dapat membuat mental menjadi lebih sehat, pikiran jernih, stres berkurang dan meningkatkan kemampuan otak. Karena olahraga bisa meningkatkan jumlah oksigen dalam darah dan mempercepat aliran darah menuju otak.

4.    Hindari Stres
Stres memang sangat sulit dihindari jika hidup di kota besar seperti Jakarta yang dikenal karena kemacetan dan kesibukannya. Saat seseorang mengalami stres, tubuhnya akan mengeluarkan hormon cortisol yang menyebabkan pembuluh darah menjadi kaku. Hormon norepinephrine akan diproduksi tubuh saat menderita stres, yang akan mengakibatkan naiknya tekanan darah.  Maka, sangat baik bila Anda menghindari stres baik di kantor atau di rumah.

REFERENSI

·         http://budisma.web.id/gangguan-pada-sistem-regulasi/
·         http://edukasi-global.blogspot.com/2012/04/sisrtem-regulasi-pada-manusia-lengkap.html
·         http://www.mahfudcs.web.id/2012/04/materi-sistem-regulasi-manusia-sma.html#.UPDw6IDH3IU
·         http://budisma.web.id/materi/sma/biologi-kelas-xi/gangguan-pada-sistem-regulasi/
·         http://medicastore.com/penyakit_subkategori/11/index.html
·         http://www.pesona.co.id/sehat/menopause/mengatasi.ketidakseimbangan.hormonal/002/003/40

0 komentar:

Posting Komentar