Hormon merupakan suatu zat kimia yang diproduksi oleh tubuh, dalam konsentrasi kecil yang dapat menimbulkan efek fisiologis pada organ target.
Hormon
dihasilkan oleh kelenjar endokrin tubuh dan ditransportasikan dalam
aliran darah Selain kelenjar endokrin, terdapat juga kelenjar
eksokrin yang menyekresikan zat kimia.
Perbedaannya terletak pada tempat kerja cairan kimia yang
dihasilkannya. Kelenjar eksokrin disekresikan ke luar tubuh, seperti
keringat dan enzim di mulut.
Adapun hormon yang dihasilkan oleh kelenjar endokrin
diedarkan di dalam tubuh oleh sistem peredaran darah. Hormon bekerja secara
efektif jika dalam jumlah yang sesuai, jika jumlah hormon yang disekresikan
berlebih atau kurang, akan timbul kelainan-kelainan pada tubuh. Hormon dan
sistem saraf bersama-sama mengatur regulasi tubuh, yaitu sebagai berikut :
1. Mengatur
kesetimbangan cairan tubuh dalam proses homeostatis (nutrisi, metabolisme,
kesetimbangan garam dan air, kesetimbangan gula hingga ekskresi)
2. Bereaksi
terhadap rangsang dari luar tubuh
3. Berperan
dalam pertumbuhan dan perkembangan
4. Pengaturan
dan penyimpanan energi
Meskipun sama-sama berperan dalam sistem regulasi, tetapi
terdapat perbedaan sistem kerja pada hormon dan saraf. Perbedaan tersebut
terletak pada jeda waktu yang diperlukan oleh kedua sistem dalam menanggapi
rangsang atau stimulus. Seperti halnya saraf, hormon bekerja dengan sangat
spesifik. Sel target atau organ target yang akan dituju harus dilengkapi dengan
sebuah reseptor yang dikenal oleh hormon, jika tidak dikenali, hormon tidak
akan bereaksi.
1. Hipotalamus
dan Hipofisis
Hipotalamus mengontrol kerja dari kelenjar pituitari
(kelenjar hipofisis).
Kelenjar
hipofisis disebut juga master of gland karena banyak menyekresikan
hormon dan memengaruhi kerja hormon yang dihasilkan oleh kelenjar lain di dalam
tubuh. Hormon-hormon tersebut adalah :
- GnRF
(Gonadrotopin Releasing Factor)
- CRF
(Corticotropin Releasing Factor)
-
TRF (Tirotropin Releasing
Factor)
Hipotalamus terletak di bagian dalam-bawah otak. Kelenjar
hipotalamus memerintahkan kelenjar hipofisis bagian depan dan belakang untuk
menghasilkan atau menghambat produksi hormon kelenjar endokrin lain sesuai
dengan kebutuhan.
Hipotalamus sangat penting karena menjadi penghubung dan
pengatur komunikasi antara sistem hormon dan sistem saraf. Selain itu, berperan
juga dalam mengatur pertumbuhan dan perkembangan manusia.
Hipotalamus dapat berkomunikasi dengan kelenjar hipofisis
dengan dua cara, yaitu dengan impuls saraf atau dengan mengeluarkan hormon.
Hipotalamus juga dapat mengeluarkan hormon yang disebut releasing
hormone dan inhibiting hormone.
Releasing hormone merangsang kelenjar hipofisis
menyekresikan hormon tertentu. Inhibiting hormone menekan kelenjar
hipofisis sehingga tidak menyekresikan hormon tertentu. Dari 9 jenis hormon
yang disekresikan kelenjar hipofisis, 7 hormon disekresikan bagian depan
(anterior) hipofisis dan 2 lainnya oleh bagian belakang (posterior) hipofisis.
Kelenjar hipofisis posterior tersusun atas jaringan saraf dan sebenarnya
merupakan bagian dari hipotalamus. Kelenjar hipofisis anterior tersusun atas
sel-sel endokrin yang menyintesis dan menyekresikan beberapa hormon ke dalam
darah.
a. Hipofisis
bagian depan ( Hipofisis Lobus Anterior )
Hormon yang dihasilkan oleh kelenjar ini dapat
mempengaruhi pengeluaran hormon-hormon lain, sehingga hipofisis sering disebut the
master of gland. Bagian hipofisis anterior (depan) menghasilkan
hormon-hormon sebagai berikut :
·
Somatrotopin (STH = growth
hormone)
Hormon ini berfungsi merangsang sintesis protein,
menambah metabolisme lemak dan merangsang pertumbuhan tulang dan otot.
kekurangan hormon ini dapat mengakibatkan kekerdilan (dwarfisme). Kelebihan
hormon ini pada masa kanak-kanak mengakibatkan pertumbuhan raksasa (gigantisme).
Jika kelebihan hormon ini terjadi setelah dewasa mengakibatkan pertumbuhan
yang tidak seimbang pada persendian dan ujung tulang seperti tulang jari
tangan, jari kaki, rahang atau hidung, disebut akromegali.
·
Tirotropin (TSH = thyroid
stimulating hormone)
Berfungsi mengontrol pertumbuhan dan perkembangan
kelenjar gondok (tiroid) serta merangsang tiroid untuk menyekresikan tiroksin.
·
Adrenokortikotropik (ACTH = adrenocorticotrophic
hormone)
Berfungsi merangsang korteks adrenal untuk menyekresikan
glukokortikoid dan mineralkortikoid.
·
Prolaktin (PRL = lactogenic
hormone)
berfungsi
memelihara korpus leteum dalam memproduksi progesteron dan merangsang sekresi
kelejar mamae/susu.
·
Gonadrotopin, yang terdiri
atas :
·
FSH (follicle stimulating
hormone)
Pada wanita, mengatur
perkembangan ovarium dan berpengaruh terhadap pematangan folikel. Pada
laki-laki berfungsi mengatur pembentukan sperma. (spermatogenesis)
·
LH (luteinizing hormone)
Pada wanita merangsang
pelepasan sel telur dari ovarium (ovulasi) dan membantu meluluhkan dinding
ovarium. Pada laki-laki, hormon ini disebut ICSH (interstitial cell stimulating
hormone) yang berfungsi merangsang sel-sel interstitial testis untuk
memproduksi tostesteron dan endosteron (androgen).
b. Hipofisis
Bagian Tengah (hipofisis lobus intermediet)
Hormon yang disekresikan adalah melanotropin (MSH = melanocyt
stimulating hormone). Fungsi hormon ini belum diketahui, pada hewan
berfungsi dalam sintesis melanin dan penyebaran melanofor untuk keperluan kamuflase.
c. Hipofisis
Bagian Belakang (hipofisis lobus posterior)
Hormon yang disekresikan :
·
ADH (antidiuretic hormone),
mengontrol keseimbangan cairan tubuh melalui mekanisme pengeluaran urine.
·
Oxytocin, merupakan hormon
yang berperan dalam kontraksi otot rahim pada saat seorang wanita melahirkan.
2. Tiroid
dan Paratiroid
Kelenjar tiroid dan paratiroid berada di daerah leher.
Sering disebut kelenjar gondok (tiroid) dan kelenjar anak
gondok (paratiroid). Kelenjar tersebut berfungsi mengatur kesetimbangan kadar
kalsium serta laju metabolisme tubuh.
a. Tiroid
Kelenjar
tiroid berada di daerah leher bagian bawah jakun. Terdapat dua lobus menyamping
dan dihubungkan oleh bagian yang disebut isthmus. Kelenjar tiroid
menghasilkan hormon tiroksindan kalsitonin.
·
Tiroksin.
Hormon ini mengontrol kecepatan metabolisme tubuh untuk
menghasilkan energi. Meningkatnya jumlah hormon tiroksin di dalam darah
meningkatkan kecepatan reaksi kimia dalam tubuh. Fungsi penting hormon
tiroksin lainnya adalah berperan dalam proses pertumbuhan dan perkembangan
tubuh serta menjadi faktor penting dalam proses perkembangan otak pada anak.
Hormon tiroksin akan aktif jika mendapat perintah dari TSH yang berada di
hipofisis. Kerja hormon tiroksin banyak dipengaruhi oleh kadar iodin di dalam
darah.
·
Kalsitonin.
Kalsitonin berfungsi mengatur keseimbangan kadar kalsium
di dalam darah sehingga mencegah kalsium keluar dari tulang.
b. Paratiroid
Kelenjar paratiroid berada di bagian belakang kelenjar
tiroid. Terdapat empat buah kelenjar paratiroid, 2 di sebelah kanan dan 2 di
sebelah kiri.
Kelenjar
paratiroid menghasilkan hormon paratiroid atau parathormon (PTH).
Parathormon merupakan hormon yang bersama dengan kalsitonin mengatur kadar
kalsium
tubuh.
3. Pankreas
Pankreas merupakan kelenjar yang berfungsi sebagai
kelenjar eksokrin maupun endokrin. Sebagai kelenjar eksokrin, pankreas
menghasilkan enzim yang berperan dalam proses pencernaan makanan. Sementara
itu, sebagai kelenjar endokrin, pankreas menghasilkan hormon. Hormon tersebut
diproduksi di bagian pulau Langerhans. Di dalam pulau-pulau Langerhans terdapat
sel beta yang menyekresikan insulin dan sel alfa yang
menyekresikan glukagon.
a. Insulin
Insulin mengatur kadar gula dalam darah dengan cara
menyimpan kelebihan glukosa tubuh menjadi glikogen di dalam hati. Insulin
berfungsi juga mengatur metabolisme lemak.
b. Glukagon
Bersama dengan insulin, glukagon mengatur kadar gula
dalam darah dengan cara merombak glikogen menjadi glukosa. Jika kita berpuasa
atau beraktivitas berat tanpa didahului oleh asupan nutrisi, glukagon akan
memecah glikogen menjadi glukosa sebagai sumber energi. Selain itu, glukagon
juga dapat memecah lemak menjadi asam lemak yang siap digunakan dalam
pembentukan energi.
4. Anak
ginjal
Manusia memiliki dua kelenjar adrenal. Kelenjar tersebut
berada di atas ginjal. Setiap kelenjar adrenal tersusun atas dua bagian. Bagian
dalam disebut bagian medula dan bagian luar disebut
bagian korteks. Kerja medula adrenal dipengaruhi oleh sistem saraf otonom,
sedangkan korteks adrenal dipengaruhi oleh hormon ACTH dari hipofisis anterior.
a. Korteks.
Pada
kortek adrenal dihasilkan tiga macam hormon,
yaitu glucocorticoid,mineralocorticoid, dan Gonadocorticoid.
·
Glucocorticoid, berfungsi
sama dengan glukagon sehingga berpengaruh dalam pengaturan kadar glukosa tubuh.
Kerjanya dipengaruhi oleh sekresi ACTH di hipofisis anterior. Hormon
glucocorticoid bekerja pada saat tubuh dalam kondisi stres.
·
Mineralocorticoid. Hormon
ini mengatur kadar garam dalam darah dengan cara pengaturan ekskresi urine dan
keringat.
·
Gonadocarticoid. Hormon
ini merupkan hormon sex, terdiri atas androge, entrogen, dan progesteron.
Jumlah hormon yang dihasilkan jauh lebih sedikit dibandingkan dengan hormon sex
yang dihasilkan oleh testis dan ovarium. Androgen dan estrogen berperan dalam
pembentukan ciri kelamin sekunder pria dan wanita.
b. Medula
Pada bagian medula, dihasilkan hormon epinefrin
(adrenalin) dan norephinefrin(noreadrenalin). Ketika kondisi tubuh stres,
kedua hormon tersebut akan menyiapkan kita dalam keadaan darurat sehingga
meningkatkan laju metabolisme tubuh, menaikkan detak jantung, dan kadar glukosa
tubuh. Anda juga dapat merasakan kerja hormon ini pada saat Anda melakukan
kegiatan-kegiatan menegangkan, seperti berdiri di ketinggian atau berada dalam
kondisi ketakutan.
5. Testis
dan ovarium
Testis dan ovarium merupakan sumber utama hormon seks.
Pada pria, testis menghasilkan hormon testosteron. Hormon tersebut berpengaruh
dalam kematangan seksual pada pria termasuk ciri sekunder dan pematangan sel
sperma.
Ovarium
akan menghasilkan dua hormon yang penting, yaitu estrogen dan progesteron.
Hormon tersebut bekerja sama mengatur ciri seks sekunder dan mengatur masa
reproduksi (menstruasi) dan masa kehamilan.
6. Kelenjar
timus
Kelenjar timus terletak di bawah kelenjar tiroid dan
paratiroid. Kelenjar tersebut ikut berperan dalam pengaturan pertumbuhan dengan
menyekresikan hormon somatotropin.
Selain
itu, timus juga menghasilkan timosin yang mengatur produksi sel khusus dalam
darah putih, yaitu sel T.
Sel
T sangat berpengaruh dalam mekanisme sistem pertahanan tubuh.
7. Saluran
pencernaan makanan
Beberapa golongan hormon peptida dihasilkan dari kelenjar
di usus halus yang akan membantu proses pencernaan seperti
hormon sekretin dan hormon kolesistokinin.
Sekretin merangsang pengeluaran getah pankreas, sedangkan kolesistokininmerangsang
pengeluaran empedu. Selain di usus halus, lambung juga dapat menghasilkan
hormon yang membantu pencernaan makanan, yaitu hormon gastrin. Hormon ini
merangsang pengeluaran getah lambung.
8. Kelenjar
pineal (Kelenjar Serebri Epifisis)
Kelenjar pineal berukuran sebesar kacang tanah yang
terletak di tengah otak. Kelenjar ini menyekresikan hormon melatonin yang
membantu mengatur ritme tubuh sehari-hari, seperti jadwal tidur di malam hari
dan bangun di pagi hari.
B. Kelainan
Pada Sistem Hormon
1. Penyakit
Addison
Penyakit ini terjadi karena sekresi yang berkurang dari glukokortikoid.
Hal ini dapat terjadi misalnya karena kelenjar adrenal terkena infeksi atau
oleh sebab autoimun.
Gejala – gejalanya berupa :
·
Berkurangnya volume dan
tekanan darah karena turunnya kadar Na+ dan volume air dari cairan tubuh.
·
Hipoglikemia dan turunnya
daya tahan tubuh terhadap stress, sehingga penderita mudah menjadi shock dan
terjadi kematian hanya karena stress kecil saja misalnya flu atau kelaparan.
·
Lesu mental dan fisik.
2. Sindrom
Cushing
Penggunaan obat-obatan tertentu untuk
mengobati suatu penyakit, ternyata dapat menyebabkan timbulnya penyakit baru.
Sindrom cushing disebabkan oleh jumlah hormon glukokortikoid yang berlebih pada
tubuh. Pada anak-anak, biasanya terjadi jika mereka mengonsumsi obat-obatan
kortikosteroid sintetis (seperti prednisone) dalam dosis yang besar untuk
menyembuhkan penyakit autoimun, seperti lupus. Terapi penyembuhan yang dapat
dilakukan adalah dengan operasi, terapi radiasi, kemoterapi, atau obat-obatan
yang menghalangi produksi hormon.
Gejalanya berupa :
·
Otot – otot mengecil dan
menjadi lemah karena katabolisme protein.
·
Osteoporosis
·
Luka yang sulit sembuh
·
Gangguan mental misalnya
euphoria (terasa segan)
·
Obesitas
·
Kegagalan tumbuh
·
Jerawat
·
Tekanan darah tinggi
3. Sindrom
Adrenogenital
Sidrom Adrenogenital adalah kelainan dimana terjadi
kekurangan produksi glukokortikoid yang biasanya akibat kekurangan enzim
pembentuk glukokotikoid pada kelenjar adrenal sehingga tubuhnya lemah, mudah
lelah, sakit pada daerah perut, mual-mual, dan dehidrasi. Akibatnya kadar ACTH
meningkat dan zona retikularis dirangsang untuk mensekresi androgen yang
menyebabkan timbulnya tanda – tanda kelainan sekunder pria pada seorang wanita
yang disebut virilisme yang
timbulnya janggut dan distribusi rambut seperti pria, otot – otot tubuh seperti
pria, perubahan suara, payudara mengecil, klitoris membesar seperti penis dan
kadang – kadang kebotakan.
Pada pria di bawah umur timbul pubertas perkoks, yaitu timbulnya
tanda – tanda kelamin sekunder di bawah umur. Pada pria dewasa gejala – gejala
diatas tertutup oleh tanda – tanda kelamin sekunder normal yang disebabkan oleh
testosterone. Tetapi bila timbul sekresi berlebihan dari estrogen dan
progesterone timbul tanda – tanda kelamin sekunder wanita antara lain yaitu
ginaekomastia (payudara membesar seperti pada wanita).
4. Peokromositoma
Tumor adrenal medulla yang menyebabkan hipersekresi
adrenalin dan noradrenalin dengan akibat sebagai berikut :
·
Basa metabolisme meningkat
·
Glukosa darah
meningkat
·
Jantung berdebar
·
Tekanan darah meninggi
·
Berkurangnya fungsi saluran
pencernaan
·
Keringat pada telapak
tangan
Kesemuanya menyebabkan berat badan menurun dan tubuh
lemah. Pengobatanya melalu operasi. Pembengkakan dari kelenjar tiroid yang
menimbulkan pembenjolan pada leher bagian depan. Penyebab struma antara lain
peradangan, tumor ataupun defisiensi yodium. Pada defisiensi yodium, struma
terjadi karena kadar T4 dan T3 menurun, kadar TASH meningkat, hal ini menrangsang
sel – sela folikel untuk hipertropi dan hyperplasia.
5. Diabetes
Mellitus
Diabetes Mellitus (DM) adalah penyakit yang disebabkan
oleh kalainan hormon yang mengakibatkan sel – sel dalam tubuh tidak dapat
menyerap glukosa dari darah. Penyakit ini timbul ketikda dala darah tidak
terdapat cukup insulin dalam darah. Pada kedua hal tersebut, sel – sel tubuh
tidak mendapat cukup glukosa daridarah sehingga kekurangan energi dan akhirnya
terjadi pembakaran cadangan lemak dan protein tubuh.
Sementara itu, system pencernaan tetap dapat meyerap
glukosa dari makanan sehingga kadar glukosa dalam darah menjadi sangat tinggi
dan akhirnya diekskresi bersama urin. Penderita DM dapat meninggal karena
penyakit yang dideritanya atau karena komplikasi yang ditimbulkan oleh penyakit
ini, misalnya penyakit ginjal, gangguan jantung dan gangguan saraf. DM terdapat
dua macam tipe yaitu DM Tipe I (insuline dependent) yaitu diabetes yang timbul
akibat dari kerusakan sel – sel beta pancreas karena infeksi virus atau
kerusakan gen. Gen adalah materi genetic yang membawa sifat – sifat yang
diturunkan. Diabetes tipe I biasanya timbul sebelum penderita berusia 15 tahun.
Penderita membutuhkan suplemen insulin yang diberikan dengan cara penyuntikan.
DM tipe II timbul karena sel – sel tubuh tidak mampu
bereaksi terhadap indulin walaupun sel – sel beta pancreas memproduksi cukup
insulin. Penyakit ini bersifat mneurun dan merupakan akibat kerusakan gen yang
mengkode reseptor insulin pada sel. Biasanya DM tipe II berasosiasi dengan
kegemukan dan baru timbul setelah penderita berusia 40 tauhn. Penyakit ini
dapat dikontrol dengan pengaturan konsumsi gula dan mengurangi berat badan.
Selain itu dianjurkan untuk mengurangi konsumsi lemak dan garam.
Bagaimana cara mendeteksi diabetes, gejala awal diabetes
ialah penderita merasa lemas, tidak bertenaga, ingin makan yang manis, sering
buang air kecil, dan mudah sekali merasa haus. Kombinasi dari gejala – gejala
di atas serta memiliki kerabat yang juga menderita diabetes mengharuskan
seseorang melakukan tes toleransi glukosa. Pada tes toleransi glukosa
diharuskan minum larutan gula kemudian kadar glukosanya diukur pada tiap
interval waktu. Diabetes bukan satu – satunya penyakit yang ditimbulkan oleh
insulin. Bebrapa orang memiliki sel – sel beta pancreas yang terlalu aktif
sehingga mensekresi terlalu banyak insulin ketika mengkonsumsi gula.
Sebagai akibatnya kadar glukosa dalam darah turun dibawah
normal. Kondisi ini disebut hipoglisemia, biasanya terjadi 2 – 4 jam setelah
makan, yang ditandai dengan rasa lapar, lemas, berkeringat, dan gelisah. Pada
beberapa kasus, otak tidak mendapat cukup glukosa sehingga penderita dapat
menjadi pingsan, koma, bahkan meninggal. Hipoglisemia tidak lazim ditemukan dan
kebanyakan dapat dikontrol dengan meningkatkan frekuensi makan yan glebih
serind dan dalam jumlah kecil.
6. Hipotiroidea
Keadaan dimana terjadi kekurangan hormone tiroid. Bila
terjadi pada masa bayi dan anak, hipotiroidea menimbulkan kretinisme yaitu
tubuh menjadi pendek karena pertumbuhan tulang dan otot tersumbat, disertai
kemunduran mental karena sel – sel otak kurang berkembang.
Anak yang keratin memiliki ciri – ciri :
·
Muka bulat
·
Perut buncit
·
Leher pendek
·
Lidah yang besar.
Kretinisme dapat diobati dengna pemberian hormone tiroid
asalkan tidak terlambat. Bila terjadi pada orang dewasa, hipotiroidea
menimbulkan miksedema. Gejala – gejala berupa kulit tebal, muka bengkak, rambut
kasar, mudah gemuk, lemah, denyut jantung lambat, suhu tubuh rendah, lamban
secara fisik atau mental. Hipotiroid dapat terjadi bila terdapat defisiensi
yodium pada makanan. Hal ini dapat dihindarkan dengan mengkonsumsi garam
beryodium.
7. Hipertiroidea
Keadaan dimana hormon tiroid disekresikan melebihi kadar
normal. Gejala – gejalanya berupa berat badan menurun, gemetaran, berkeringat,
nafsu makan besar, jantung berdebar dan BMR maneingkatmelebihi 20 sampai 100.
Hipertiroidea paling sering terdapat pada penyakit
Graves, suatu penyakit auto imun dimana terbentuk antibody (thyroid stimulating
antibody, TSA6) terhadap reseptor TSH pada sel –sel tiroid, mengaktifkan
reseptor – reseptor. Ini, maka kadar T4 dan T3 darah meninkat. Penyakit Graves
juga disertai dengan goiter (struma, pembengkakan kelenjar tiroid, dan
penonjolan bola mata (eksoptalmus) yang disebabkan oleh reaksi radang terhadap
imun kompleks pada otot bola mata eksternal dan jaringan sekitar bola mata.
8. Struma
Struma merupakan pembengkakan kelenjar tiroid sehingga
menimbulkan benjolan pada leher bagian depan. Penyebabnya antara lain karena
adanya
peradangan
tumor atau kekurangan yodium.
9. Masalah Hormon Tumbuh.
Kelenjar pituitari yang gagal
memproduksi sejumlah hormon tumbuh yang diperlukan, membuat pertumbuhan seorang
anak terganggu. Hormon tumbuh yang diproduksi secara berlebihan pada masa
pertumbuhan akan membuat tulang dan bagian tubuh lain tumbuh secara berlebihan
dan menyebabkan gigantisme.
Hipoglikemi (kadar gula rendah) juga dapat timbul pada anak yang kekurangan
hormon tumbuh, biasanya pada bayi dan anak kecil.
10. Pubertas Dini.
Perubahan tubuh yang berhubungan dengan
pubertas dapat timbul secara dini pada anak-anak jika hormon pituitari yang
menstimulasi gonad meningkat secara dini. Pengobatan melalui suntikan dapat
dilakukan untuk menekan sekresi hormon-hormon pituitari (gonadotropin) dan
menahan kemajuan perkembangan seksual pada anak-anak sebelum waktunya.
C. Teknologi Untuk Mengatasi Kelainan Pada Sistem Hormon
Teknologi
untuk mengatasi Kelainan pada Sistem Hormon antara lain :
·
Scanning Pada Thyroid
·
Tes Yodium pada Kelenjar
Thyroid
·
Scanning Ultrasonografi pada
Thyroid
D. Gaya
Hidup Sehat
Gaya
hidup sehat untuk menghindari penyakit pada sistem regulasi dapat dengan:
1. Pola
Makan Sehat
Dengan pola makan yang benar, yakni mengonsumsi makanan
bergizi seimbang, tubuh akan mendapatkan nutrisi yang cukup. Itu artinya setiap
kali makan kita harus menyantap makanan yang mengandung karbohidrat kompleks
(karbohidrat yang mengandung serat dan zat gizi lainnya), vitamin serta
mineral, protein, juga lemak. Tentu saja semua dalam jumlah yang cukup, sesuai
kebutuhan tubuh. Dengan pola makan sehat seperti ini maka sistem regulasi dapat
berfungsi dengan baik.
2. Istirahat
yang Cukup
Salah satu cara menjaga sistem regulasi adalah dengan
tidur yang cukup. Setelah melakukan aktifitas fisik dan otak seharian, manusia
membutuhkan istirahat yang optimum yang juga menjadi alternatif untuk
menciptakan pola hidup sehat karena pada saat manusia melakukan ini, otot dan
otak yang selama ini bekerja dapat relaksasi dan beristirahat.
3. Olahraga
Olahraga setiap hari dapat membuat mental menjadi lebih
sehat, pikiran jernih, stres berkurang dan meningkatkan kemampuan otak. Karena
olahraga bisa meningkatkan jumlah oksigen dalam darah dan mempercepat aliran
darah menuju otak.
4. Hindari
Stres
Stres memang sangat sulit dihindari jika hidup di kota
besar seperti Jakarta yang dikenal karena kemacetan dan kesibukannya. Saat
seseorang mengalami stres, tubuhnya akan mengeluarkan hormon cortisol yang
menyebabkan pembuluh darah menjadi kaku. Hormon norepinephrine akan diproduksi
tubuh saat menderita stres, yang akan mengakibatkan naiknya tekanan
darah. Maka, sangat baik bila Anda menghindari stres baik di kantor
atau di rumah.
REFERENSI
·
http://budisma.web.id/gangguan-pada-sistem-regulasi/
·
http://edukasi-global.blogspot.com/2012/04/sisrtem-regulasi-pada-manusia-lengkap.html
·
http://www.mahfudcs.web.id/2012/04/materi-sistem-regulasi-manusia-sma.html#.UPDw6IDH3IU
·
http://budisma.web.id/materi/sma/biologi-kelas-xi/gangguan-pada-sistem-regulasi/
·
http://medicastore.com/penyakit_subkategori/11/index.html
·
http://www.pesona.co.id/sehat/menopause/mengatasi.ketidakseimbangan.hormonal/002/003/40
0 komentar:
Posting Komentar